Monday 24 June 2013

Countryside of Wadowetan



Countryside of Wadowetan District Of Bantarujeg Sub-Province of Majalengka located eastside river of Cijurey. There is two mount in Countryside of Wadowetan, that is:
1. Mount of Sireum
2. Mount of Balukbuk
Story old fellow first, the mount represent ommission of sangkuriang which will barricade leuwi liang. However string weared to fasten both the mount always broken. And finally the string farted by Sangkuriang, till now exist sycamore of arai which aroma as Countryside citizen and kentut of Wadowetan love of[is name of with " arey kahitutan".
 its Continuation story wait again yeah…….

gunung di desa wadowetan


Desa Wadowetan Kecamatan Bantarujeg Kabupaten Majalengka terletak disebelah Timur sungai Cijurey. Ada dua gunung  di Desa Wadowetan, yaitu:
1.    Gunung Sireum
2.    Gunung Balukbuk
Cerita orang tua dulu, gunung tersebut merupakan peninggalan sangkuriang yang hendak membendung leuwi liang. Akan tetapi tali yang dipakai mengikat kedua gunung tersebut selalu patah. Dan akhirnya tali tersebut dikentuti oleh Sangkuriang, hingga sampai sekarang ada sejenis pohon arai yang bau bagaikan kentut dan warga Desa Wadowetan mengasih nama dengan “arey kahitutan”.
Cerita lanjutannya nanti lagi yah…….

Friday 24 May 2013

http://wadowetan.blogspot.com/2013/05/skripsipaibab1-mip.com.html



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didiknya. Dengan demikian guru memiliki peranan yang sangat penting dan merupakan kunci keberhasilan terhadap kelembagaan sekolah, karena guru adalah pengelola Kegiatan Belajar Mengajar bagi para siswanya. Kegiatan Belajar Mengajar akan efektif apabila tersedia guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah baik jumlahnya maupun kualifikasi dan bidang keahliannya.
Sebagai pendidik guru harus mengetahui di mana letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik, dengan kata lain guru harus mempunyai informasi yang lebih maju selangkah atau beberapa langkah dari anak didiknya. Guru juga harus dapat mencipatakan suasana yang kondusif  bagi berlangsungnya proses belajar secara efektif. Suasana yang kondusif itu tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di dalam buku teks, melainkan juga mendorong dan memberikan inspirasi serta memberikan motivasi dan membantu subjek didik dalam uapaya mereka mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Dalam dunia pendidikan keterampilan dalam mengelola kelas dan menggunakan alat peraga merupakan syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional, karena keterampilan atau kreativitas seorang guru, akan membuat suasana dan proses belajar-mengajar yang kondusif dan efisien. Alat peraga merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelAjar agar dapat merangsang pikiran, perasaan minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi, komunikasi, edukasi antara guru (pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdayaguna.
Pendidikan merupakan proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengajar masalah kecerdasan saja, berbagai potensi anak didik atau subjek  belajar lainnya juga harus mendapatkan perhatian yang profesional  agar berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau rasa emosi maupun keterampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk berkembang. Sebagaimana yang kita kenal istilah cipta, rasa dan karsa, atau kognitif, apektif dan psikomotor. Istilah-istilah tersebut merupakan arus utama yang melandasi pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian tugas guru merupakan tugas mulia yang sangat berat, karena mesti mencetak anak didiknya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Walaupun demikian, sepatutnya seorang guru harus berbangga hati karena agama Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan, dalam hal ini termasuk ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang guru yang senantiasa diamalkan kepada anak didiknya.


Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an (Al-Mujaadalah ayat 11)
 Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz
Artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (Lazmah Tentashih Mushaf, 1989: 910)

Seiring juga dengan kemajuan zaman yang ditandai dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut juga bagi setiap guru untuk lebih dahulu mengenal teknologi-teknologi tersebut, sehingga tidak kalah ketinggalan oleh pengetahuan anak didiknya. Banyak jenis motif alat peraga yang lahir akibat kemajuan teknologi, setiap jenisnya juga sudah barang tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itulah seorang pendidik harus dapat memilah dan memilih teknologi mana yang mampu menunjang keberhasilan proses belajar mengajar tersebut. Namun hal itu juga merupakan tugas instansi sekolah yang harus berusaha untuk menyediakan suatu media atau alat pembelajaran tersebut. Apabila dalam instansi sekolah tersebut belum ada atau kurang tersedianya alat peraga yang diperlukan, di sinilah guru dituntut untuk berkreasi atau mempunyai kreativitas sendiri dalam membuat media yang sesuai dengan mata ajar yang akan diberikan kepada anak didiknya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan lebih menyenangkan, sehingga prestasi yang akan dicapai oleh siswa akan lebih meningkat.
Dengan melihat permasalahan di atas, maka penulis mengambil judul penelitian sebagai berikut: Kreativitas Guru dalam Penggunaan Alat Peraga Hubungan  dengan Prestasi Siswa pada Mata Ajar Al-Qur’an  Hadits Kelas VIII di MTs  Miftahusshudur Desa Silihwangi Kecamatan Bantarujeg Tahun Ajar 2011/2012.
B.  Perumusan Masalah
Dalam perumusan masalah ini penulis akan merumuskan masalah-masalah yang timbul dan menarik untuk diteliti, sekaligus penulis juga akan mebatasi permasalahan yang ada agar penelitian yang dilakukan dapat terencana dengan baik.
Beranjak dari latar belakang di atas, maka penulis akan merumuskan masalah-masalah yang ada atau yang timbul pada objek lapangan tersebut, sehingga penelitian yang dilakukan akan menjadi terencana, dan terarah dengan baik kepada tujuan penelitian yang diharapkan.
a.    Bagaimanakah kreativitas guru dalam menggunakan alat peraga pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012?
b.    Bagaimanakah prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012?
c.    Adakah korelasi atau hubungan penggunaan alat peraga dengan prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012?


1.    Pembatasan Masalah
Dengan melihat perumusan masalah di atas, maka penulis akan membatasi permasalahan yang akan diteliti tersebut, supaya masalah-masalah yang ada dapat terpecahkan secara optimal.
a.    Kreativitas guru dalam menggunakan alat peraga tulisan hukum bacaan Lam dan Ra, hadits pada kertas karton dan juz’ama pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
b.    Prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
c.    Korelasi atau hubungannya penggunaan alat peraga dengan prestasi kognitif siswa pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
C.  Tujuan Penelitian
Dari rangkaian rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Ingin mengetahui, memahami dan menganalisis sejauhmana kreativitas guru dalam menggunakan alat peraga pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
2.    Ingin mengetahui, memahami dan menganalisis prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
3.    Ingin mengetahui, memahami dan menganalisis apakah ada korelasi atau hubungannya penggunaan alat peraga dengan prestasi siswa pada mata pelajaraan Al-Qur’an  Hadits di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
D.  Kerangka Pemikiran
Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah, minimal harus memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam menjalankan tugasnya.
Untuk itu seorang guru harus memiliki kepribadian, menguasai bahan ajar dan menguasai cara-cara mengajar sebagaimana  propesi yang disandangnya. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3).

Guru merupakan ujung tombak kegiatan pembelAjar di sekolah yang langsung berhadapan dengan peserta didik. Tanpa peranan guru maka kegiatan belajar mengajar tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Seorang guru harus memiliki pemahaman-pemahaman yang dalam tentang pengajaran. Mengajar bukanlah kegiatan yang mudah, melainkan suatu kegiatan dan tugas yang berat dan penuh dengan permasalahan. Kreativitas dalam membuat dan menggunakan alat peraga juga sangat dituntut bagi seorang guru, karena penggunaan media atau alat dalam proses pembelajaran akan merangsang fikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi, komunikasi, edukasi antara guru (pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Menurut Sadiman (2002: 6), ”Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima  sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”. Dengan demikian guru yang profesional  sangat  dituntut sekali dalam menggunakan alat peraga secara baik dan tepat guna.
Mengajar adalah membimbing kegiatan siswa, mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan semangat siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks dan sulit, terutama sekali untuk guru mata ajar Al-Qur’an  Hadits yang memfokuskan pada pemahaman tentang baca tulis Al-Qur’an  dan Hadits secara baik dan benar, sehingga tidak dapat dilakukan dengan baik oleh seorang guru tanpa adanya persiapan yang matang. Di samping persiapan pemahaman tentang baca tulis Al-Qur’an  dan Hadits secara baik, pasih dan benar, penyediaan alat peraga juga harus sudah dipikirkan secara matang, dan hal itu menuntut kreativitas yang baik dalam pembuatan dan penggunaannya. Sesuai dengan pengertiannya, kreativitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memerinci), suatu gagasan. Dengan demikian guru yang mempunyai kreativitas dalam membuat dan menggunakan alat peraga mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Firman Allah dalam Al-Qur’an  (Al-An’am ayat 135)
ö@è% ÉQöqs)»tƒ (#qè=yJôã$# 4n?tã öNà6ÏGtR%s3tB ÎoTÎ) ×@ÏB$tã ( t$öq|¡sù šcqßJn=÷ès?
`tB Ücqä3s? ¼çms9 èpt7É)»tã Í#¤$!$# 3 ¼çm¯RÎ) Ÿw ßxÎ=øÿムšcqßJÎ=»©à9$#
Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari  dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.          
(Lazmah Tentashih Mushaf, 1989: 210)

Berdasarkan ayat di atas, kreativitas merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimilki seorang guru agar tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.
Sewaktu penulis mengadakan penjajakan awal di MTs  Miftahusshudur Desa Silihwangi Kecamatan Bantarujeg Tahun Ajar 2011/2012. Penulis melihat adanya permasalahan bagi guru dalam menggunakan alat peraga pada waktu mengajar. Hal ini terlihat ketika mengajar ada sebagian guru yang mengabaikan media tersebut padahal kalau dilihat dari sub pokok bahasannya alat peraga tersebut sangat diperlukan sekali untuk digunakan. Mengingat pentingnya peningkatan prestasi kognitif belajar siswa pada mata ajar Al-Qur’an  Hadits, maka guru diharapkan dapat memilah dan memilih penggunaan alat peraga yang tepat guna sesuai dengan sub pokok bahasan yang hendak diajarkan.
Berdasarkan permasalahan yang ada, penulis meneliti sejauhmanakah kegunaan alat peraga bagi peningkatan prestasi siswa, dan ternyata pengaruhnya signifikan. Dengan kata lain penerapan media pembelajaran (alat peraga) dalam mata ajar Al-Qur’an Hadits ternyata mempunyai pengaruh yang baik bagi pemahaman siswa di MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.

E.  Langkah-langkah Penelitian
1.    Penentuan Metode Penelitian
Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesa yang telah penulis ajukan, dalam memecahkan masalah mengenai adanya pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi siswa, diperlukan pemikiran yang sistematis dan kebenarannya perlu diuji melalui penelitian. Dalam hal ini Surakhmad (1982: 26) mengatakan: ”Cara mencari kebenaran yang dipandang cara ilmiah adalah melalui metode penyelidikan”. Selanjutnya mengenai pengertian dari penelitian dikemukakan oleh Nurul Zuriah sebagai berikut:
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara ilmiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta teknologi. (2007: 10)
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata bahwa: ”Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. (2008: 52)  
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional dan metode deskriftif analitis. Metode korelasional digunakan untuk mendeteksi sejauh mana keterkaitan variabel-variabel pada suatu faktor, dengan variabel-variabel pada satu atau beberapa faktor lainnya berdasarkan koefisien korelasi. Deskriftif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan-permaslahan yang diteliti. Analisis dipakai agar penulis dapat menyusun hasil penelitian dalam bentuk yang sistematis sehingga mengena pada inti permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang benar.

2.    Menetapkan Sumber Data Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian di MTs  Miftahusshudur Desa Silihwangi Kecamatan Bantarujeg Tahun Ajar 2011/2012 ini, dengan alasan untuk mengadakan pengenalan secara pribadi kepada seluruh pihak instansi di MTs  Miftahusshudur. Di samping itu MTs  Miftahusshudur tersebut dapat dikatakan masih dini apabila dilihat dari usianya (tahun berdirinya) yaitu pada tahun 2007 dan MTs  tersebut mempunyai pondok pesantren Miftahusshudur dengan menghadirkan tenaga pengajar dari Gontor, sehingga motivasi bagi penulis untuk meneliti sepak terjang guru-gurunya dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
a.    Populasi, adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian. (Herman Resito, 1992: 49). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII MTs  Miftahusshudur Desa Silihwangi Kecamatan Bantarujeg Tahun Ajar 2011/2012, yaitu sebanyak 41 orang siswa yang tersebar di kelas VIII A sebanyak 21 orang dan kelas VIII B sebanyak 20 orang.
b.    Sampel, adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat atau karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi.
(Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 84).
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan yaitu teknik pengambilan sampel random sampling, yaitu pengambilan secara acak dari jumlah populasi. Oleh karena itu, maka yang akan diambil sampel oleh peneliti adalah (60%) dari jumlah populasi yang ada di kelas VIII MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012, sebagaimana dengan rincian sebagai berikut:
41 orang siswa X 60% dari jumlah populasi = 24,6. Akan tetapi untuk mempermudah dalam penelitian tersebut, Jadi sampel yang akan diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 24 orang siswa yang ada di kelas VIII MTs  Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
3.    Teknik Pengumpulan Data
a.    Penentuan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian, sangat diperlukan sekali menggunakan metode-metode yang tepat dan relevan. Oleh karena itu penulis dalam penelitian ini akan menggunakan lima metode alat pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1)   Studi Pustaka, adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. (Nazir, 1988: 111). Dengan kata lain studi pustaka yaitu mengaitkan pemahaman atau pengertian-pengertian yang ada dalam buku-buku atau pendapat-pendapat para ahli dengan materi penelitian.
2)   Observasi, yaitu studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. (Kartono, 1980: 142).
Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. (Poerwandari 1998: 62).
Poerwandari menegaskan, bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian, apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap. (1998: 63)

Flick menjelaskan tentang observasi sebagai berikut: disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodologis disistematisir dan diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diintegrasikan. (2002: 135)

Suparlan menjelaskan bahwa: metoda pengamatan digunakan untuk memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yang dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati. (1997: 103)
Dari berbagai pendapat beberapa tokoh tentang pengamatan (observasi), maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan (observasi) dalam konteks penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencatat fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks kehidupan sehari-hari, dan memperhatikan syarat-syarat penelitian ilmiah. Dengan demikian hasil pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3)   Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data historis. (Burhan Bungin, 2007: 121). Dokumentasi juga dapat diartikan yaitu suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi badan atau lembaga yang mengadakan.
4)   Angket, Menurut Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan (angket) adalah sebuat pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis. (1988: 211) Menurut Suharsimi Arikunto, kuesioner/angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (2002: 139)
5)   Wawancara, yaitu komunikasi langsung antara peneliti dengan sumber data, mengingat bahwa apa yang diperoleh berdasarkan observasi terkadang memerlukan pendalaman lagi, terutama kalau diduga terdapat hal-hal yang tidak nampak tetapi terasa perlu untuk diperdalam permasalahannya. Di samping itu dengan wawancara dapat dipertanyakan pendapat dan pola pikir seseorang terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
Menurut Arikunto: wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (2010: 198)
Dan menurut Koentjaraningrat: metode wawancara atau metode interview adalah metode atau cara yang digunakan seseorang untuk suatu tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, berhadapan muka dengan orang itu. (1994: 129)
b.    Uji Coba Alat Pengumpulan Data
Setelah penulis menentukan alat pengumpulan data tersebut di atas, maka penulis meng-ujicobakan metode-metode tersebut langsung terjun ke lapangan. Setelah penulis mendapat izin dari Kepala Sekolah, penulis mencoba mengadakan wawancara, melakukan observasi, melakukan dokumentasi dan  menyebarkan angket kepada 10 orang siswa sebagai uji coba dan ternyata hasilnya relevan.
Dengan demikian penulis mempunyai keyakinan bahwa alat pengumpulan data tersebut baik untuk digunakan dalam penelitian, namun setiap alat pengumpulan data yang penulis gunakan juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4.    Teknik Analisis Data
Dalam analisis data ini penulis akan menggunakan analisis kuantitatif. Setelah data terkumpul akan dijabarkan dengan menggunakan analisis statistik dengan menyajikan tabel. Dalam arti sempit statistik dapat diartikan sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan alat. Alat untuk analisis dan alat untuk membuat keputusan. (Sugiyono, 2011: 21). Adapun untuk menguji normalitas hasil tes tersebut, maka digunakan rumus:
            (Sugiyono, 2011: 107)
Keterangan : X2 = Chi kuadrat
fo  = frekwensi pengamatan
fh  = frekwensi diharapkan
Untuk menghitung tingkat korelasi antara variabek X dan Y  maka digunakan rumus product moment, yaitu:
                                   (Sugiyono, 2011: 228) Keterangan : rxy = koefisien index korelasi
n   = banyaknya sampel
x    = variabel bebas
y   = variabel terikat
Penafsiran akan besarnya koefisien korelasi yang umum digunakan adalah :
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
(Sugiyono, 2011: 231)
Untuk menguji signifikansi, digunakan rumus:
t hitung =                                                                  (Subana dkk, 2000: 171)
hasil pengujian t hitung, kemudian dibandingan dengan t tabel.
Jika t hitungt tabel, H0 ditolak atau Ha diterima, artinya signifikan.
Jika t hitungt tabel, H0 ditolak atau Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
                     (Arikunto, 1996: 120)
Hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini adalah hipotesis Ha berarti signifikan.