BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Guru merupakan pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didiknya. Dengan demikian guru
memiliki peranan yang sangat penting dan merupakan kunci keberhasilan terhadap
kelembagaan sekolah, karena guru adalah pengelola Kegiatan Belajar Mengajar
bagi para siswanya. Kegiatan Belajar Mengajar akan efektif apabila tersedia
guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah baik jumlahnya maupun kualifikasi dan bidang keahliannya.
Sebagai pendidik guru
harus mengetahui di mana
letak sumber-sumber informasi pengetahuan tertentu dan mengatur mekanisme
perolehannya apabila sewaktu-waktu diperlukan oleh subjek didik, dengan kata
lain guru harus mempunyai informasi yang lebih maju selangkah atau beberapa
langkah dari anak didiknya. Guru juga harus dapat mencipatakan suasana yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar secara efektif. Suasana yang kondusif itu
tentu lebih dari sekedar memberikan penjelasan tentang hal-hal yang termuat di
dalam buku teks, melainkan juga mendorong dan memberikan inspirasi serta memberikan motivasi dan membantu subjek didik dalam uapaya mereka mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan.
Dalam dunia pendidikan
keterampilan dalam mengelola kelas dan menggunakan alat peraga merupakan syarat utama
yang harus dimiliki oleh seorang
guru profesional, karena keterampilan atau kreativitas seorang guru, akan membuat
suasana dan
proses
belajar-mengajar yang kondusif dan efisien. Alat peraga merupakan segala
sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelAjar agar dapat merangsang pikiran,
perasaan minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi, komunikasi,
edukasi antara guru (pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat
guna dan berdayaguna.
Pendidikan merupakan
proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengajar masalah kecerdasan
saja, berbagai potensi anak didik atau subjek belajar lainnya juga harus mendapatkan
perhatian yang profesional agar
berkembang secara optimal. Karena itulah aspek atau rasa emosi maupun
keterampilan fisik juga perlu mendapatkan kesempatan yang sama untuk
berkembang. Sebagaimana yang kita kenal istilah cipta, rasa dan karsa, atau
kognitif, apektif dan psikomotor. Istilah-istilah tersebut merupakan arus utama
yang melandasi pelaksanaan pendidikan.
Dengan demikian tugas
guru merupakan tugas mulia yang sangat berat, karena mesti mencetak anak didiknya
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Walaupun demikian, sepatutnya seorang guru harus berbangga hati karena agama
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan, dalam hal ini termasuk ilmu pengetahuan yang
dimiliki oleh seorang guru yang senantiasa diamalkan kepada anak didiknya.
Sebagaimana firman Allah
dalam Al-Qur’an (Al-Mujaadalah ayat 11)
Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz
Artinya: Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Lazmah Tentashih Mushaf, 1989: 910)
Seiring juga dengan
kemajuan zaman yang ditandai dengan majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, menuntut juga bagi setiap guru untuk lebih
dahulu mengenal teknologi-teknologi tersebut, sehingga tidak kalah ketinggalan
oleh pengetahuan anak didiknya. Banyak jenis motif alat peraga yang lahir
akibat kemajuan teknologi, setiap jenisnya juga sudah barang tentu mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itulah seorang pendidik harus dapat
memilah dan memilih teknologi mana yang mampu menunjang keberhasilan proses
belajar mengajar tersebut. Namun hal itu juga merupakan tugas instansi sekolah yang harus berusaha untuk
menyediakan suatu media atau alat pembelajaran tersebut. Apabila dalam instansi
sekolah tersebut belum ada atau kurang tersedianya alat peraga yang diperlukan,
di sinilah guru dituntut
untuk berkreasi atau mempunyai kreativitas sendiri dalam membuat media yang sesuai dengan mata
ajar yang akan diberikan kepada anak didiknya. Dengan demikian, proses belajar
mengajar akan lebih menyenangkan, sehingga prestasi yang akan dicapai oleh siswa akan lebih
meningkat.
Dengan melihat
permasalahan di atas, maka penulis mengambil judul penelitian sebagai berikut: Kreativitas
Guru dalam Penggunaan Alat Peraga Hubungan dengan Prestasi Siswa pada Mata Ajar Al-Qur’an
Hadits Kelas VIII di MTs Miftahusshudur Desa Silihwangi Kecamatan
Bantarujeg
Tahun Ajar 2011/2012.
B.
Perumusan
Masalah
Dalam perumusan masalah
ini penulis akan merumuskan masalah-masalah yang timbul dan menarik untuk
diteliti, sekaligus penulis juga akan mebatasi permasalahan yang ada agar
penelitian yang dilakukan dapat terencana dengan baik.
Beranjak dari latar
belakang di atas, maka
penulis akan merumuskan masalah-masalah yang ada atau yang timbul pada objek
lapangan tersebut, sehingga penelitian yang dilakukan akan menjadi terencana,
dan terarah dengan baik kepada tujuan penelitian yang diharapkan.
a.
Bagaimanakah kreativitas guru dalam menggunakan alat peraga
pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di MTs
Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012?
b.
Bagaimanakah prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di MTs
Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012?
c.
Adakah korelasi atau hubungan penggunaan alat peraga dengan
prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di
MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012?
1.
Pembatasan
Masalah
Dengan melihat perumusan
masalah di atas, maka
penulis akan membatasi permasalahan yang akan diteliti tersebut, supaya
masalah-masalah yang ada dapat terpecahkan secara optimal.
a.
Kreativitas guru dalam menggunakan alat peraga tulisan
hukum bacaan Lam dan Ra, hadits pada kertas karton dan juz’ama pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di MTs
Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
b.
Prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di
MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
c.
Korelasi atau hubungannya penggunaan alat peraga dengan
prestasi kognitif siswa pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di
MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
C.
Tujuan
Penelitian
Dari rangkaian rumusan
masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut adalah
sebagai berikut:
1.
Ingin mengetahui, memahami dan menganalisis sejauhmana kreativitas guru
dalam menggunakan alat peraga pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di MTs
Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
2.
Ingin mengetahui, memahami dan menganalisis prestasi siswa pada mata ajar Al-Qur’an Hadits di MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
3.
Ingin mengetahui, memahami dan menganalisis apakah ada korelasi atau
hubungannya penggunaan alat peraga dengan prestasi siswa pada mata pelajaraan Al-Qur’an
Hadits di MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
D.
Kerangka
Pemikiran
Guru sebagai orang yang
berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa, baik secara
individual maupun secara klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah, minimal harus memiliki dasar-dasar
kompetensi sebagai wewenang dalam menjalankan tugasnya.
Untuk itu seorang
guru harus memiliki kepribadian, menguasai bahan ajar dan menguasai cara-cara mengajar
sebagaimana propesi yang disandangnya. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru
mempunyai peranan yang sangat penting dalam merealisasikan tujuan pendidikan
nasional sebagaimana termaktub dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang RI No. 20
Tahun 2003 Pasal 3).
Guru merupakan ujung tombak kegiatan pembelAjar di sekolah yang
langsung berhadapan dengan peserta didik. Tanpa peranan guru maka kegiatan
belajar mengajar tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Seorang guru harus
memiliki pemahaman-pemahaman yang dalam tentang pengajaran. Mengajar bukanlah kegiatan yang
mudah, melainkan suatu kegiatan dan tugas yang berat dan penuh dengan permasalahan.
Kreativitas dalam membuat dan menggunakan alat peraga juga sangat dituntut bagi
seorang guru, karena penggunaan media atau alat dalam proses pembelajaran akan merangsang
fikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi, komunikasi,
edukasi antara guru (pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara tepat
guna dan berdaya guna. Menurut Sadiman (2002: 6), ”Media merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian sedemikian
rupa sehingga proses belajar terjadi”. Dengan demikian guru yang profesional sangat
dituntut sekali dalam menggunakan alat peraga secara baik dan tepat
guna.
Mengajar adalah
membimbing kegiatan siswa, mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada
di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan semangat siswa untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar. Mengajar adalah tugas yang begitu kompleks
dan sulit, terutama sekali untuk guru mata ajar Al-Qur’an Hadits yang memfokuskan pada pemahaman tentang
baca tulis Al-Qur’an dan Hadits secara
baik dan benar, sehingga tidak dapat dilakukan dengan baik oleh seorang guru
tanpa adanya persiapan yang matang. Di samping persiapan pemahaman tentang
baca tulis Al-Qur’an dan Hadits secara
baik, pasih dan benar, penyediaan alat peraga juga harus sudah dipikirkan secara
matang, dan hal itu menuntut kreativitas yang baik dalam pembuatan dan penggunaannya. Sesuai dengan pengertiannya, kreativitas adalah sebuah proses
atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibititas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan
untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memerinci), suatu gagasan. Dengan demikian guru yang mempunyai kreativitas dalam
membuat dan menggunakan alat peraga mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga
hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.
Firman Allah dalam Al-Qur’an (Al-An’am ayat 135)
ö@è%
ÉQöqs)»t (#qè=yJôã$# 4n?tã öNà6ÏGtR%s3tB ÎoTÎ) ×@ÏB$tã ( t$öq|¡sù cqßJn=÷ès?
`tB Ücqä3s? ¼çms9 èpt7É)»tã Í#¤$!$# 3 ¼çm¯RÎ) w ßxÎ=øÿã cqßJÎ=»©à9$#
Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di
antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim
itu tidak akan mendapat keberuntungan.
(Lazmah
Tentashih Mushaf, 1989: 210)
Berdasarkan ayat di
atas, kreativitas
merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimilki seorang guru agar
tugasnya sebagai pendidik dapat terlaksana dengan baik.
Sewaktu penulis
mengadakan penjajakan awal di MTs Miftahusshudur Desa Silihwangi Kecamatan
Bantarujeg
Tahun Ajar 2011/2012. Penulis melihat adanya permasalahan bagi guru dalam menggunakan alat
peraga pada waktu mengajar. Hal ini terlihat ketika mengajar ada sebagian guru
yang mengabaikan media tersebut padahal kalau dilihat dari sub pokok bahasannya
alat peraga tersebut sangat diperlukan sekali untuk digunakan. Mengingat
pentingnya peningkatan prestasi kognitif belajar siswa pada mata ajar Al-Qur’an
Hadits, maka guru diharapkan dapat memilah
dan memilih penggunaan alat peraga yang tepat guna sesuai dengan sub pokok
bahasan yang hendak diajarkan.
Berdasarkan permasalahan
yang ada, penulis meneliti sejauhmanakah kegunaan alat peraga bagi peningkatan prestasi
siswa, dan ternyata pengaruhnya signifikan. Dengan kata lain penerapan media pembelajaran (alat peraga) dalam mata ajar Al-Qur’an Hadits
ternyata mempunyai pengaruh yang baik bagi pemahaman siswa di MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
E.
Langkah-langkah
Penelitian
1.
Penentuan
Metode Penelitian
Untuk membuktikan
kebenaran dari hipotesa yang telah penulis ajukan, dalam memecahkan masalah
mengenai adanya pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi siswa,
diperlukan pemikiran yang sistematis dan kebenarannya perlu diuji melalui
penelitian. Dalam hal ini Surakhmad (1982: 26) mengatakan: ”Cara mencari kebenaran yang
dipandang cara ilmiah adalah melalui metode penyelidikan”. Selanjutnya mengenai
pengertian dari penelitian dikemukakan oleh Nurul Zuriah sebagai berikut:
Penelitian adalah semua
kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara ilmiah dalam suatu
bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang
bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikan tingkat ilmu serta
teknologi. (2007: 10)
Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata bahwa: ”Metode penelitian
merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari
oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan
dan isu-isu yang dihadapi”. (2008: 52)
Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian korelasional dan metode
deskriftif analitis. Metode korelasional
digunakan untuk mendeteksi sejauh mana keterkaitan variabel-variabel pada suatu
faktor, dengan variabel-variabel pada satu atau beberapa faktor lainnya
berdasarkan koefisien korelasi. Deskriftif digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran
yang jelas mengenai permasalahan-permaslahan yang diteliti. Analisis dipakai
agar penulis dapat menyusun hasil penelitian dalam bentuk yang sistematis
sehingga mengena pada inti permasalahan dan memperoleh hasil penelitian yang
benar.
2.
Menetapkan
Sumber Data Penelitian
Penulis mengambil
lokasi penelitian di MTs Miftahusshudur
Desa Silihwangi Kecamatan Bantarujeg Tahun Ajar 2011/2012 ini, dengan alasan untuk
mengadakan pengenalan secara pribadi kepada seluruh pihak instansi di MTs Miftahusshudur. Di samping itu MTs Miftahusshudur tersebut dapat dikatakan masih dini apabila
dilihat dari usianya (tahun berdirinya) yaitu pada tahun 2007 dan MTs tersebut mempunyai pondok pesantren
Miftahusshudur dengan menghadirkan tenaga pengajar dari Gontor, sehingga
motivasi bagi penulis untuk meneliti sepak terjang guru-gurunya dalam
melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
a.
Populasi, adalah keseluruhan
objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, tumbuh-tumbuhan dan
peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tertentu dalam
sebuah penelitian. (Herman Resito, 1992: 49). Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII MTs Miftahusshudur Desa Silihwangi Kecamatan
Bantarujeg
Tahun Ajar
2011/2012,
yaitu sebanyak 41 orang siswa yang tersebar di kelas VIII A sebanyak 21 orang
dan kelas VIII B sebanyak 20 orang.
b.
Sampel, adalah sebagian dari populasi
yang memiliki sifat atau karakteristik yang sama sehingga betul-betul mewakili
populasi.
(Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989: 84).
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan yaitu
teknik pengambilan sampel random sampling, yaitu pengambilan secara acak dari
jumlah populasi. Oleh karena itu, maka yang akan diambil sampel oleh peneliti
adalah (60%) dari jumlah populasi yang ada di kelas VIII MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012, sebagaimana dengan
rincian sebagai berikut:
41 orang siswa X 60% dari jumlah populasi = 24,6. Akan
tetapi untuk mempermudah dalam penelitian tersebut, Jadi sampel yang akan diambil
oleh peneliti yaitu sebanyak 24 orang siswa yang ada di kelas VIII MTs Miftahusshudur Tahun Ajar 2011/2012.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
a.
Penentuan Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian,
sangat diperlukan sekali menggunakan metode-metode yang tepat dan relevan. Oleh
karena itu penulis dalam penelitian ini akan menggunakan lima metode alat
pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1)
Studi Pustaka, adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. (Nazir,
1988: 111). Dengan kata lain studi pustaka yaitu mengaitkan pemahaman atau
pengertian-pengertian yang ada dalam buku-buku atau pendapat-pendapat para ahli
dengan materi penelitian.
2)
Observasi, yaitu studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. (Kartono,
1980: 142).
Observasi selalu menjadi bagian dalam penelitian
psikologis, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah. (Poerwandari 1998: 62).
Poerwandari menegaskan, bahwa observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian,
apalagi penelitian dengan pendekatan kualitatif. Agar memberikan data yang
akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh
peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta telah
mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap. (1998:
63)
Flick menjelaskan tentang observasi sebagai
berikut: disamping kemampuan berbicara dan mendengarkan sebagaimana digunakan
dalam wawancara-wawancara, observasi merupakan keterampilan harian lain sebagai
secara metodologis disistematisir dan diterapkan dalam
penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga persepsi
berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diintegrasikan. (2002:
135)
Suparlan menjelaskan bahwa: metoda pengamatan
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai gejala-gejala yang dalam
kehidupan sehari-hari dapat diamati. (1997: 103)
Dari berbagai pendapat beberapa tokoh tentang
pengamatan (observasi), maka dapat disimpulkan bahwa pengamatan (observasi) dalam konteks
penelitian ilmiah adalah studi yang disengaja dan dilakukan secara sistematis,
terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan mencatat fenomena
atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam konteks kehidupan sehari-hari,
dan memperhatikan syarat-syarat penelitian ilmiah. Dengan demikian hasil
pengamatan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
3)
Dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan dalam
metodologi penelitian sosial untuk menelusuri data historis. (Burhan Bungin,
2007: 121). Dokumentasi
juga dapat diartikan yaitu suatu usaha aktif baik suatu badan atau lembaga
dengan menyajikan hasil pengolahan bahan-bahan dokumen yang bermanfaat bagi
badan atau lembaga yang mengadakan.
4)
Angket, Menurut Nazir, kuesioner atau daftar pertanyaan
(angket) adalah sebuat pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah
penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna
dalam menguji hipotesis. (1988: 211)
Menurut Suharsimi Arikunto, kuesioner/angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
(2002: 139)
5)
Wawancara, yaitu komunikasi
langsung antara peneliti dengan sumber data, mengingat bahwa apa yang diperoleh
berdasarkan observasi terkadang memerlukan pendalaman lagi, terutama kalau
diduga terdapat hal-hal yang tidak nampak tetapi terasa perlu untuk diperdalam
permasalahannya. Di samping
itu dengan wawancara dapat dipertanyakan pendapat dan pola pikir seseorang
terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
Menurut
Arikunto: wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. (2010: 198)
Dan
menurut Koentjaraningrat: metode wawancara
atau metode interview adalah metode atau cara yang digunakan seseorang untuk
suatu tujuan tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian
lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, berhadapan muka dengan
orang itu. (1994: 129)
b.
Uji Coba Alat Pengumpulan Data
Setelah penulis
menentukan alat pengumpulan data tersebut di atas, maka penulis meng-ujicobakan
metode-metode tersebut langsung terjun ke lapangan. Setelah penulis mendapat izin dari Kepala Sekolah,
penulis mencoba mengadakan wawancara, melakukan observasi, melakukan dokumentasi dan menyebarkan angket kepada 10 orang siswa
sebagai uji coba dan ternyata hasilnya relevan.
Dengan demikian penulis
mempunyai keyakinan bahwa alat pengumpulan data tersebut baik untuk digunakan
dalam penelitian, namun setiap alat pengumpulan data yang penulis gunakan juga
mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4.
Teknik
Analisis Data
Dalam analisis data ini penulis akan menggunakan
analisis kuantitatif. Setelah data terkumpul akan dijabarkan dengan menggunakan
analisis statistik dengan menyajikan tabel. Dalam arti sempit statistik dapat diartikan
sebagai data, tetapi dalam arti luas statistik dapat diartikan alat. Alat untuk
analisis dan alat untuk membuat keputusan. (Sugiyono, 2011: 21). Adapun untuk
menguji normalitas hasil tes tersebut, maka digunakan rumus:
(Sugiyono, 2011: 107)
Keterangan : X2 = Chi kuadrat
fo =
frekwensi pengamatan
fh =
frekwensi diharapkan
Untuk menghitung tingkat
korelasi antara variabek X dan Y maka
digunakan rumus product moment, yaitu:
(Sugiyono, 2011: 228)
Keterangan : rxy = koefisien index
korelasi
n = banyaknya sampel
x = variabel bebas
y = variabel terikat
Penafsiran akan besarnya koefisien
korelasi yang umum digunakan adalah :
Interval Koefisien
|
Tingkat Hubungan
|
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,000
|
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
|
(Sugiyono, 2011: 231)
Untuk menguji signifikansi, digunakan rumus:
t hitung =
(Subana dkk, 2000: 171)
hasil pengujian t
hitung,
kemudian dibandingan dengan t
tabel.
Jika t
hitung
≥ t tabel, H0 ditolak
atau Ha diterima, artinya signifikan.
Jika t
hitung
≤ t tabel, H0 ditolak
atau Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
(Arikunto, 1996: 120)
Hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini adalah hipotesis
Ha berarti signifikan.
yang komplit gan skripsinya
ReplyDelete